Bisnis  

Perjalanan Proyek GERD Senilai Rp68,5 Triliun, PLTA Terbesar Ke Afrika

Proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar Ke Afrika segera rampung, Di pengisian air Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) sudah mencapai 94% Ke awal 2024. Foto/Dok Reuters

JAKARTA – Proyek pembangkit listrik tenaga air atau PLTA terbesar Ke Afrika segera rampung, Di pengisian air Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) sudah mencapai 94% Ke awal 2024. Nantinya proyek senilai USD4,2 miliar atau setara Rp68,5 triliun (Kurs Rp16.310 per USD) ini bakal membuat Ethiopia menjadi pemasok listrik terbesar Ke Afrika.

Pengisian reservoir Untuk PLTA bakal dipasok Di Sungai Nil Biru, yang telah lama ditentang Dari Negeri tetangga seperti Mesir dan Sudan. Keduanya menganggap proyek ini sebagai ancaman serius Untuk pasokan air yang sangat vital.

Bersama kapasitas yang diproyeksikan lebih Di 6.000 megawatt, Ethiopia melihat GERD sebagai pusat Di upayanya menjadi eksportir listrik terbesar Ke Afrika. Perjalanan pembangunan GERD tidak berjalan mulus, seiring perselisihan Bersama Mesir dan Sudan.

Ketiga Negeri telah melakukan Dialog Antar Negara yang berlarut-larut mengenai proyek tersebut. “Ada banyak tantangan. Kami berkali-kali harus dipaksa mundur. Kami Memperoleh tantangan internal dan tekanan eksternal. Kami telah mencapai (tahap ini) secara bersama-sama Bersama Tuhan,” kata Perdana Pembantu Presiden Tim Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ke X, Ke akhir 2023 lalu.

Ke kapasitas penuh, bendungan pembangkit listrik yang Memperoleh lebar 1,8 kilometer dan tinggi 145 meter diperkirakan dapat menghasilkan listrik lebih Di 5.000 megawatt. Hal itu bakal menggandakan produksi listrik Ethiopia, yang Di ini hanya Memperoleh akses setengah Di Pertumbuhan Negeri itu yang berjumlah 120 juta.

Pengisian Ilegal

Pembangunan pembangkit listrik terbesar Ke Afrika, diwarnai perselisihan Di Ethiopia dan Negeri-Negeri hilir Mesir dan Sudan. Ke akhir tahun lalu, Kementerian luar negeri Mesir melayangkan Komentar keras Bersama menyebutkan
apa yang dilakukan Ethiopia mengisi bendungan Bersama air Sungai Nil sebagai tindakan “ilegal”.

Di pernyataannya diungkapkan, bahwa langkah ‘sepihak’ menyelesaikan pengisian dum Akansegera membebani Dialog Antar Negara Bersama Mesir dan Sudan, yang ditangguhkan Ke 2021 tetapi dilanjutkan Ke Agustus 2023.

Bendungan ini telah memicu perselisihan regional Sebelum Ethiopia Mengintroduksi proyek tersebut Ke 2011. Dialog Antar Negara Di ketiga pemerintah sempat menemui jalan buntu Di hampir dua setengah tahun, Untuk Lalu dilanjutkan Ke Kairo Ke 27 Agustus Bersama tujuan mencapai kesepakatan.

“Bersama Merencanakan kepentingan dan keprihatinan ketiga Negeri,” ungkap Pembantu Presiden Tim Menteri Sumber Daya Air dan Irigasi Mesir, Hani Sewilam Ke Di itu.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Perjalanan Proyek GERD Senilai Rp68,5 Triliun, PLTA Terbesar Ke Afrika